Ada apa sih di kota ?
Siang itu jalanan masih terasa sangat
licin akibat guyuran hujan yang turun
sore kemarin sampai tadi pagi tak juga reda membuat Ra tak boleh sedikit saja
lengah memfokuskan pandangan pada jalan
berhamparkan tanah liat di campur batu berwarna putih kekuningan yang berakibat
ia tidak bisa mengenakan sepatu setiap
kali melewatinya.
Sepatu bermerk NB itu di tenteng
oleh tangan kiri dengan erat, sementara tangan kanan mencubit sedikit rok
panjang nya agar sedikit terangkat ke atas sehingga tidak terkena cipratan
tanah yang sudah seperti bubur ketan putih plus gula merah itu, di sebagian
potongan jalannya, tak berlebihan jika di sebut sebagai “wahangan saat” batu yang bermunculan tak karuan, di balut
dengan tanah yang di gambarkan dengan istilah bubur ketan putih plus gula merah
itu lengakap genangan air berwarna coklat bak bajigur. orang-orang disana
sering berucap “kunaon teu di pelakan lauk sakalian” dengan nada khas yang
sangat mencerminkan orang sunda asli ketika mengunggkapkan kekecewaan.
Bagaimana tidak kecewa, setiap musim
hujan tiba, orang yang ingin beraktifitas keluar pemukiman harus menempuh jalan
itu sejauh 2 km. termasuk juga anak sekolah. Contohnya, Ra. Dia harus menempuh
jarak sekitar 1 km untuk bisa sampai kesekolah dengan kondisi jalan yag
mengkhawatirkan . Tak ada ojek, sementara jalanan sangat becek.
Tahun 2001 sampai 2009, Ra harus
memerankan drama tangan kiri menenteng sepatu dan tangan kanan mencubit
sebagian rok panjang agar terhidar dari tanah yang “ledok” sesampainya di
lingkungan sekoh ia harus mencari tempat plus air untuk membasuh kaki kotor
supaya bisa di pakaikan sepatu. Sampai ia lulus sekolah menengah pertama,
ketika musim hujan tiba, pasti selalu begitu.
“Sampai kapan aku harus seperti ini,
kenapa aku harus menjadi anak kampung, kenapa aku tidak tinggal di kota yang
jalanan nya bagus beraspal, bersekolahpun mungkin aku bisa di sekolah dengan
bangunan sekolah yang bertingkat “ celoteh hati seorang anka yang tengah
menempati usia kelas VIII sekoalh menengah pertama itu. Ia memang memiliki
impian ingin menjadi orang kota, enath apa alasannya. Setiap kali ada sudara,
tetangga, atau bahkan teman sebaya yang baru sja pulang dari kota, ia replek
menodong dengan pertanyaan seputar bagaiman keadaan di kota.
Bersambung……..
Inimah org sunda pisan euy hehe
Btw ka pada typo ya😅 sepertinya kaka mengantuk eh✌️
D paragraf 4 5 ada yg typo ka