Wah Aku Melihat Bidadari
“Waaah aku melihat bidadari” Ucapan repleks itu keluar dari seorang laki-laki kekar berusia 26 tahun genap November ini. Mendengar ucapan itu perempuan muda yang ada di samping nya merasa melayang di langit.
Ketika masih melayang di langit, tiba-tiba ada lagi kalimat yang menyusul …
“Tapi bukan kamu loh ya, ini nih..ini nih..” Jarinya menunjuk ke arah Bayi perempuan yang sangat mungil mempertontonkan kelucuan di usia nya yang baru akan genap 3 bulan. Sontak membuat Perasaan yang tadinya duduk manis di pelataran awan, seketika turun lagi ke dasar bumi!.
“Kok kamu gituh sih ke aku, kamu udah gak sayang lagi sama aku?’’
“Maaf yah, sekarang aku lebih sayang pada dia” dibarengi senyum yang sok bijak laki-laki berjanggut tipis itu menjawab… lagi-lagi menunjukkan jari nya ke arah makhluk mungil itu.
“Gak tau kenapa, setelah ada dia, rasa sayangku lebih besar ke dia, bukan berarti aku udah gak sayang lagi sama kamu tapi ada porsi sayang yang lebih besar dan itu aku berikan kepada anak kita” jujur aku merasa sedikit cemburu dengan penuturan nya. Tapi apalah daya, itu adalah anaknya dan juga anak aku. Ditambah lagi Dia bilang…
“Anak itu prioritas, istri hanya sekunderitas” di barengi gelegak tawa yang renyah karena di mengucapkan kata yang agak ambigu “sekunderitas” sambil dia juga memberi penjelasan…
“Sekunderitas yang aku maksud itu, prioritas kedua, hhhe” itu emang pemaknaan dia sendiri sih, salah besar kalau di bandingkan dengan arti yang ada di KBBI.
Senda gurau di malam itu mengingatkan aku tentang sosok tangguh yang pertama kali aku kenal, pejuang kemerdekaan hidup untuk anak nya, laki-laki yang pertama kali menyapa dengan penuh suka cinta, yang rela mengorbankan hidup nya demi putri tercinta, Bapak.
Setiap pagi selalu merajut langkah ke sawah tanpa alpa, mengerjakan apa saja yang bisa menghasilkan jalan kesejahteraan untuk keluarga, pulang setiap siang atau sore dengan membawa harapan dan mimpi bahwa yang telah diusahakannya bisa membawa pada kesuksesan yang di cita-citakan. Anak-anaknya bisa terdidik dengan baik, kebutuhan keluarga bisa tercukupi, syukur-syukur bisa berlebih dan dapat memenuhi keinginan yang selalu menggelayuti.
Sosok laki-laki memang penuh kejutan, itu yang aku rasakan setelah menjadi seorang Istri. Yang tadinya sering men-judge laki-laki itu hanya ingin enaknya saja.
Bedanya laki-laki dengan perempuan mungkin salah satunya bisa kita lihat dari cara mereka menunjukkan kasih sayang nya yang terbilang sangat unik. Kalau perempuan identik dengan makhluk yang dengan gampang mengekspresikan apa yang di rasakan sementara keadaan laki-laki malah sebaliknya, sulit untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Aku juga teringat sosok laki-laki lain yang berperan penting dalam skenario hidupku. Kakak laki-laki ku satu-satunya, tak jarang aku membanggakan beliau karena tanggung jawab terhadap adik perempuan satu-satunya yaitu aku, aku masih merekam bentakan-bentakan dia yang di lancarkan ketika auratku terbuka, atau ketika aku malas ngaji atau sekolah. Ah, aku baru sadar semua bentakan nya adalah dalam rangka mendidik adik nya
Aku mencintai laki-laki ku, bapak ku, suami ku, dan kakak laki-laki ku.
Menurut salah satu keterangan hadis, yang kurang lebih intinya adalah “ketika seorang perempuan berbuat maksiat, maka akan ikut di mintai pertanggung jawabannya dari laki-laki yaitu Bapak nya, suami nya, dan kakak atau adik laki-laki nya “
Semoga kita tidak termasuk perempuan yang tega menyeret belia-beliau ke neraka.
uwooooo. aku ngefans sama kamu
Tapi aku enggak, cuman sayang aja ke kamu
ciyyeh, ciyyeh... Kamu siapa?
Please tolong ini sweet banget MasyaAllah postingannya apalagi komentarnya terasa hangat. hiiiiiii slepi tunggu postingan selanjutnya ya teteh kang hihi
Hehehe...makasiih teteh udah mampir...doakaan kita😍
baper emmm...
jmlo auto skipp hehe
Makanya cepet di akhiri masa Jomblo nya..upss🤗
Aamiiin ... Btw, itu "reflek" kan maksudnya y, 🤝👍😊salam kenal dr Tokyo